Kita Mesti (Maaf) Telanjang….


Suatu pagi tiba-tiba orang-2 berseru ke ruko saya “mbak mbak… kasih baju dong tuh, kasihan…!!!!” Ternyata ada “Orang Gila” sedang menuju ke arah kami, telanjang bulat, seorang perempuan.
Bertemulah saya dan dia.
Dia buka percakapan “mbak minta uang dong 250.000,- saya mau pulang ke Jawa Timur.”
“Banyak bener..gak ada kalau segitu sih” “Mbak jangan bohong, kalau bohong nanti mbak jadi miskin lho, mbak khan orang kaya, liat aja tokonya gede gini “dia bilang.
“Saya cuma karyawan disini, bukan pemilik. Kamu kenapa gak pake baju..? kalau mau minta-minta yang sopan jangan begini, saya kasih baju ya..biar orang mau nyumbang uang banyak sama kamu..” Tiba-tiba nada suaranya agak tinggi “…Enggak saya enggak mau pake baju!! saya dibohongin orang terus,katanya kalo udah pake baju mau dikasih uang gak taunya bohong…”,
“Kalau saya betul kasih uang, kamu mau pakai baju khan..?” saya bujuk dia seperti saya sedang membujuk keponakan saya yang berumur 5 tahun.”Saya mau pake baju kalau dikasih uang 50.000,-”. Kesepakatan terjadi, saya tunjukkan uang selembar 50.000an, uang saya masukkan lagi ke saku jeans saya. Saya ambilkan sarung plus kaus,saya pakaikan ke tubuhnya persis seperti saya habis memandikan anak saya waktu kecil. saya tanya juga apakah dia hamil, karena perutnya besar, dia bilang bukan, dia mengaku belum menikah.Selesai berpakaian, saya bilang..”Sekarang kamu sudah pake baju, ini uangnya sesuai perjanjian kita khan. Sekarang kamu janji enggak telanjang lagi karena nggak sopan, tapi kamu janji bukan sama saya, janjinya samaTuhanmu..” dia potong kalimat saya dengan ucapan” Allah bukan Tuhan..”, “Okey okey, Allah..” Dia angkat 2 tangannya berkomat-kamit, lalu mengusap wajahnya.”Kamu sudah bersumpah janji tidak telanjang lagi sama Allah ya..kalo bohong bagaimana?” Cepat dia menjawab : “Saya dan kuburan saya akan kebakar kalau saya mati…!!!”, “Okey, itu janji kamu ya…bukan sama saya, sekarang kamu boleh pergi”, “terima kasih ya mbak…”dia pamit.
Persis seminggu kemudian, saya dikagetkan banyak orang, memberitahu…”Bu bu…orang yang telanjang kemaren lewat lagi tuuhhh…sekarang telanjang lagi…!!”, saya keluar dari ruang kerja,saya ambil kamera, digonceng motor saya susul perempuan itu, jepretan pertama saya membuat dia menghampiri saya. Minta uang. “Kamu lupa sama saya…?” tiba-2 airmukanya berubah, sekian detik itu dia kenali saya, tapi tiba-2 dia “acting” lupa.Saya jeprat jepret saja di depan dia, ada gerakan menghindari saya.”Kamu sudah janji sama Allah kamu gak mau telanjang lagi, tapi kenapa begini?” “Gak gak mau pake baju panas…!! Mau di potret ya?. ” Ya..kamu saya potret, kamu saya masukin TV, koran, biar semua tau kalo kamu tukang bohong..dan ketika mati nanti kamu akan terbakar di kuburanmu..” dia melengos pergi, sayapun demikian.
Berikutnya, Sang Telanjang ini jadi bahan diskusi kami di rumah. Dugaan-dugaan yang muncul :
> Ini modus baru minta-minta, orang itu “menelanjangi” diri demi mencari uang.
Membuang malu untuk uang. Salah satu teman kami bilang, dia “nge-drug” (terlihat dari matanya) biar “berani”. Bukan gila.
> Dia gila. Tentu dengan sebab musababnya.
> Dia orang jujur.Berani dengan telanjang meminta uang untuk menyambung hidup,
Tanpa perlu berpakaian mentereng layaknya seorang “Priyayi” tapi pekerjaannya “ngembat” uang rakyat.
> Perempuan adalah tiang negara. Apakah ini perlambangan bahwa negara ini sudah “rusak” karena tiangnya saja sudah demikian rusak karena tidak lagi punya malu?
> Apakah kita semua akhirnya juga mesti “telanjang” juga agar bisa benar-benar bersih seperti syair Ebiet ?
Diskusi kami belum usai…..ada yang mau gabung? Mungkin ada jawaban yang lebih pas.
Tabik,
Wiwien
[catatan dr seorang sahabatku di fesbuk]

Oleh :

Uly Giznawati  via: http://regional.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar